8 Perbedaan NU dan Muhammadiyah dalam Perspektif Islam

Perbedaan NU dan Muhammadiyah

Perbedaan Antara NU dan Muhammadiyah – NU dan Muhammadiyah adalah dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki perbedaan dalam banyak hal, namun mereka memiliki tujuan yang sama dalam mensejahterakan umat Islam serta menjalankan ajaran agama Islam.

Perbedaan yang paling mencolok antara NU dan Muhammadiyah adalah dalam pemahaman keagamaan. NU diidentifikasi sebagai organisasi yang menganut pemahaman Islam yang moderat, dengan penekanan pada tradisi dan kebiasaan masyarakat Islam Indonesia. Sehingga cenderung mempertahankan dan melestarikan tradisi Islam lama.

Di sisi lain, Muhammadiyah adalah organisasi yang menganut paham Islam yang lebih reformis, dengan penekanan pada pembaruan sosial dan pemikiran Islam sehingga berbeda dengan NU. Mereka cenderung memperoleh pemahaman baru dalam Islam yang sesuai dengan perkembangan zaman atau bisa disebut modern.

Kemudian, perbedaan lain yang mencolok adalah dalam pemuka agama dan struktur organisasi. NU memiliki kiai sebagai pemuka agama yang dihormati dan diikuti oleh umat Islam. Di sisi lain, Muhammadiyah tidak memiliki struktur hierarki yang sama seperti NU, karena mendorong partisipasi aktif umat dalam pengambilan keputusan.

Perbedaan NU dan Muhammadiyah

Perbedaan NU dan Muhammadiyah dalam Perspektif Islam

Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama dalam memajukan umat Islam dan mensejahterakan masyarakat secara umum. Tetapi perbedaan dari keduanya tidak boleh dilupakan sehingga harus tetap dipahami, berikut penjelasannya.

1. Tahun berdirinya

NU (Nahdlatul Ulama) didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya, sedangkan Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912 di Yogyakarta. Perbedaan waktu pendirian keduanya adalah selama 14 tahun. Dalam sejarah berdirinya, NU didirikan lebih lambat dibandingkan dengan Muhammadiyah.

Perbedaan waktu pendirian NU dan Muhammadiyah mencerminkan perbedaan dalam sosial politik Indonesia pada masa itu. Muhammadiyah didirikan pada masa kebangkitan nasional Indonesia, ketika semangat nasionalisme dan kebangkitan umat Islam sangat kuat.

Pendirian Muhammadiyah di Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan merupakan bagian dari gerakan perlawanan dan pembaruan agama Islam dalam konteks nasional. Sementara itu, NU didirikan ketika semangat nasionalisme sedang menguat, tetapi juga dalam konteks menjaga tradisi dan adat istiadat dalam menyebarkan ajaran Islam.

2. Latar belakang berdirinya organisasi

NU didirikan oleh sekelompok ulama Ahlusunnah wal Jamaah di Surabaya dengan tujuan yang lebih luas. Selain mendorong pengembangan agama Islam, NU juga menghargai adat dan istiadat Indonesia. Pendirian NU juga menjunjung nilai-nilai toleransi antarumat beragama dan suku di Indonesia.

Hal ini disebabkan oleh konteks sosial Indonesia pada waktu itu, di mana adat dan tradisi lokal memegang peran yang kuat dalam kehidupan masyarakat. NU menekankan pentingnya menjaga keserasian antara Islam dan kebudayaan lokal agar ajaran Islam dapat diterima dan diintegrasikan dengan baik.

Sementara itu, Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta sebagai persyarikatan yang fokus pada gerakan dakwah Islam dan pendidikan. Muhammadiyah bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam yang murni dan memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat. Gerakan Muhammadiyah juga terinspirasi oleh semangat modernisasi dan pembaruan dalam Islam.

Pada masa itu, Muhammadiyah aktif menciptakan sekolah, rumah sakit, dan lembaga sosial lainnya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat muslim dan memberikan pendidikan yang berkualitas. Tujuan pendirian Muhammadiyah adalah mengajak umat Islam untuk menjadi muslim yang baik dan berkontribusi positif dalam pembangunan sosial dan bangsa.

3. Tata cara ibadah

NU dan Muhammadiyah memiliki perbedaan dalam tata cara ibadah yang mereka anut. NU mengikuti tata cara ibadah yang dipengaruhi oleh ulama seperti KH Kholil Bangkalan dan KH Ya’kub. Beberapa perbedaan praktik ibadah antara NU dengan Muhammadiyah adalah NU biasanya membaca qunut saat salat subuh.

Sedangkan Muhammadiyah tidak membaca qunut saat salat subuh. Selain itu, NU juga memiliki amalan-amalan tertentu seperti membaca dzikir Al-Ma’tsurat dan sholawat. Amalan dzikir ini dipraktikkan oleh anggota NU sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan terhadap Allah dan Nabi Muhammad SAW.

Di sisi lain, Muhammadiyah mengikuti tata cara ibadah yang dipengaruhi oleh Syeikh Muhammad Khatib al-Minangkabawii dan Syeikh Nawawi al-Bantani. Salah satu perbedaan praktik ibadah Muhammadiyah dengan NU adalah tidak membaca qunut saat salat subuh.

Muhammadiyah juga menekankan pentingnya pembacaan sholawat dan mempraktikkan amalan-adalan sunnah seperti sholawat Nariyah dan sholawat Munjiyat. Sholawat ini dipercaya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan berkah-Nya.

4. Peran ulama dalam NU

NU memberikan peran penting kepada ulama sebagai pemimpin dan penentu kebijakan dalam organisasi. Ulama dalam NU disebut juga sebagai kiai, dan mereka memiliki otoritas dalam menentukan pandangan dan menjalankan amalan keagamaan. Kiai-kiai NU bukan hanya sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga sebagai pendidik yang bertanggung jawab dalam mengajarkan ajaran Islam kepada para santri di pesantren.

Kiai NU memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi dan keahlian dalam memahami kitab-kitab suci Al-Quran dan Hadis. Mereka tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang sejarah, filsafat, dan ilmu pengetahuan modern.

Kiai NU juga merupakan tokoh sentral dalam memberikan fatwa-fawa hukum Islam dan memberikan panduan kepada umat Muslim terkait persoalan keagamaan dan sosial yang dihadapi. Dalam hal ini, ulama NU memiliki peran yang sangat penting dalam memelihara dan menjaga kesucian agama Islam.

NU menganggap kiai sebagai figur otoritatif dan pemegang kebijakan, sedangkan Muhammadiyah memiliki pendekatan yang lebih inklusif dan kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak yang memahami nilai-nilai Islam. Meskipun demikian, ulama di kedua organisasi ini memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam dan memajukan umat Muslim di Indonesia.

5. Pemimpin Muhammadiyah

Di Muhammadiyah, peran pemimpin tidak hanya terbatas pada ulama, tetapi juga melibatkan para intelektual dan orang-orang dengan pemahaman yang baik tentang agama Islam. Meskipun ulama memiliki peran penting dalam Muhammadiyah, namun mereka bekerja dalam kelembagaan yang lebih kolektif dan demokratis.

Pemimpin Muhammadiyah terdiri dari berbagai bakat dan keahlian, seperti ahli hukum Islam, akademisi, dan praktisi profesional. Pemimpin Muhammadiyah memiliki tanggung jawab untuk memajukan organisasi dan mengembangkan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman agama Islam dalam konteks kehidupan modern.

Mereka juga fokus pada upaya sosial dan pemberdayaan masyarakat, dengan mengutamakan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan umat. Di Muhammadiyah, pengambilan keputusan dibuat secara kolektif melalui musyawarah dan mufakat.

Sehingga tidak ada satu individu atau kelompok yang memiliki otoritas semata dalam organisasi ini. Secara keseluruhan, kedua organisasi ini memiliki perbedaan pendekatan dalam peran pemimpin dan ulama.

6. Kepercayaan pada Tauhid dan Rasulullah

Baik Nahdlatul Ulama (NU) maupun Muhammadiyah sama-sama meyakini ajaran tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Allah dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Ajaran tauhid merupakan dasar utama dalam agama Islam yang dipegang teguh oleh kedua organisasi ini.

NU dan Muhammadiyah juga meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah rasul terakhir yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan ajaran-Nya kepada umat manusia. Kepercayaan pada tauhid dan rasulullah menjadi landasan yang kuat dalam kehidupan beragama anggota NU dan Muhammadiyah supaya mengajarkan ajaran Islam dengan ikhlas dan penuh keyakinan.

7. Pentingnya Al-Quran

NU dan Muhammadiyah sama-sama menjadikan Al-Quran sebagai kitab suci dan sumber ajaran agama Islam yang harus dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Al-Quran dianggap sebagai wahyu Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad sebagai petunjuk hidup bagi umat manusia.

Baik NU maupun Muhammadiyah mendorong umat Muslim untuk mempelajari dan memahami isi Al-Quran dengan baik. Mereka meyakini bahwa Al-Quran mengandung petunjuk hidup yang lengkap dan sempurna untuk menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim.

Keduanya mendorong umat Muslim untuk mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al-Quran dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam beribadah maupun dalam berinteraksi dengan sesama umat manusia. Hal tersebut bertujuan untuk menjadikan kehidupan setiap orang mengikuti ajaran Nabi dan Rasul.

8. Pendidikan Islam

Baik NU maupun Muhammadiyah memiliki perhatian yang tinggi terhadap pendidikan Islam. Keduanya memiliki jaringan pesantren dan madrasah sebagai lembaga pendidikan untuk mengajarkan ajaran Islam kepada para santri. Pendidikan Islam di NU dan Muhammadiyah didasarkan pada nilai-nilai agama Islam dan mengkombinasikan ajaran agama dengan pengetahuan umum.

Pesantren dan madrasah yang dimiliki oleh NU dan Muhammadiyah di seluruh Indonesia menjadi pusat pembelajaran agama Islam bagi para santri. Di sana, para santri belajar tentang ajaran Islam, memahami Al-Quran, hafalan Al-Quran, hadis-hadis Rasulullah, dan juga mempelajari ilmu pengetahuan umum.

Melalui pendidikan yang mereka terima di pesantren dan madrasah, NU dan Muhammadiyah berusaha mempersiapkan generasi muda Muslim yang berakhlak mulia, berpengetahuan luas, memiliki adab dan akhlak baik supaya mampu menghadapi tantangan zaman dengan penuh keimanan dan ketakwaan.

Secara keseluruhan, meskipun NU dan Muhammadiyah memiliki perbedaan dalam beberapa aspek, kedua organisasi ini memiliki persamaan penting dalam hal ajaran agama dan pendidikan. Keduanya sama-sama meyakini ajaran tauhid dan keesaan Allah, menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup.

Tidak hanya itu, memberikan juga perhatian yang besar terhadap pendidikan Islam. Melalui dedikasi mereka dalam memperkokoh agama dan meningkatkan kualitas pendidikan Islam, NU dan Muhammadiyah berperan penting dalam pengembangan komunitas Muslim di Indonesia.

Kesimpulan

Demikianlah perbedaan antara NU dan Muhammadiyah yang bisa kita lihat dalam beberapa aspek. Namun, tak ada yang harus dipertentangkan antara keduanya, karena keduanya memiliki tujuan mulia untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Kita bisa memilih salah satu atau justru mempelajari keduanya.

Terlepas dari perbedaan tersebut, yang terpenting adalah kita sama-sama mencari pemahaman agama yang lebih mendalam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga pembahasan dari stkipmktb.ac.id memberikan wawasan baru dan bermanfaat bagi kita.

Bagikan: